Selasa, 4 Februari, 2025

AHY Dorong Langkah Mitigasi Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

TajukNasional Isu mengenai potensi gempa megathrust yang menjadi perhatian belakangan ini telah menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan dilanda bencana alam besar dari tahun ke tahun. Hal ini membuat Indonesia harus semakin waspada untuk meminimalkan dampak dari kemungkinan jatuhnya korban jiwa dan kerugian lainnya.

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyatakan bahwa pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah mitigasi yang tegas. Dengan demikian, ketika bencana melanda, negara dapat lebih siap menghadapi situasi darurat dan bahkan mencegah jatuhnya korban jiwa.

“Benar adanya. Indonesia dikaruniai dengan alam yang begitu indah dan kaya sumber daya alam, tapi juga ada kerentanan, karena kita berada di Ring of Fire yang selalu kita harus waspada dan melakukan langkah-langkah mitigasi,” kata Agus saat ditemui di Hotel Bidakara Jakarta, Selasa (20/8).

AHY menekankan pentingnya penataan ruang yang dilakukan dengan baik oleh pemerintah, khususnya oleh ATR/BPN, untuk mencegah terjadinya bencana alam. Ia menyatakan bahwa tanah atau wilayah di Indonesia harus diatur secara optimal, termasuk dengan mencegah pembangunan di kawasan yang tidak sesuai dengan zonasi atau peruntukannya.

“Jadi artinya, tanah kita atau wilayah kita itu harus diatur sebaik mungkin, termasuk mencegah terjadinya bencana alam. Kalau ada yang sudah disampaikan tidak boleh membangun di suatu kawasan karena tidak sesuai dengan zonasi atau peruntukannya, tapi masih tetap melakukannya atau melanggarnya, maka kami harus melakukan penertiban secara tegas,” ujarnya.

Namun, AHY menegaskan bahwa pendekatan preventif selalu diutamakan dalam menindak masyarakat yang melanggar aturan zonasi tata ruang. Sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana adalah langkah awal yang dilakukan.

“Karena mungkin masyarakat tidak tahu bahwa huniannya itu sebetulnya rawan sekali terhadap bencana. Tapi kalau sudah diberitahu, ditegaskan juga tidak mau, maka ada langkah-langkah hukum yang bisa dijalankan. Itulah mengapa dilakukan sebelum, selama, atau sesudah tata ruang itu diterbitkan,” terang dia.

AHY juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, dalam upaya mitigasi bencana.

“Di sinilah pentingnya kita kolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk juga pemerintah daerah,” kata Agus.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN, Suyus Windayana, menjelaskan bahwa wilayah-wilayah rawan bencana telah dimasukkan ke dalam tata ruang. Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghindari wilayah-wilayah tersebut sebagai pemukiman.

“Wilayah-wilayah bencana memang kita masukan ke dalam tata ruang, dan itu disosialisasikan ke masyarakat. Supaya masyarakat tahu kalau daerah ini rawan bencana. Kadang-kadang orang Indonesia ini suka lupa. Kaya Aceh saja sudah ada tsunami, orang balik lagi ke lokasi itu. Jadi kami menginformasikan, ‘eh ingat ya, lokasi ini memang untuk lokasi rawan bencana. Jadi jangan dipakai’,” ucapnya.

Suyus juga menyoroti contoh wilayah di Bandung yang merupakan jalur Sesar Lembang, di mana masyarakat tetap membangun bangunan bertingkat tinggi meskipun sudah ada peringatan.

“Jadi memang sosialisasinya harus lebih banyak. Tapi untuk wilayah bencana kita sudah masukan ke tata ruang. Jadi nanti ada tata ruang yang isinya wilayah bencana, dan orang-orang geologi yang memasukkan itu ke dalam tata ruang tersebut. Itu dimasukkan berdasarkan hitungan geologi dan perkiraan pakar geologi,” ucap Suyus.

BMKG sebelumnya juga telah memperingatkan bahwa banyak ancaman bencana alam yang mengintai Indonesia, termasuk gempa bumi, tsunami, perubahan iklim, cuaca ekstrem, hingga letusan gunung berapi.

“Sejarah membuktikan, bencana alam menjadi ancaman nyata keselamatan masyarakat dunia. Kami, Indonesia, Australia, dan India berkolaborasi untuk melindungi 25 negara di sepanjang Samudera Hindia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Indonesia juga diingatkan akan potensi gempa besar yang dipicu oleh tumbukan lempeng di zona megathrust, di mana Indonesia dikelilingi oleh 13 segmen megathrust yang berpotensi menimbulkan bencana besar.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini