Tajukpolitik – Ribuan warga Palestina dari Jalur Gaza gagal melaksanakan ibadah haji tahun ini akibat agresi Israel yang berkepanjangan serta penutupan perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.
Juru bicara Kementerian Wakaf Gaza, Ikrami Al-Mudallal, mengungkapkan bahwa 2.500 jamaah haji, termasuk misi pendamping, tidak bisa berangkat.
“Penutupan titik penyeberangan Rafah dan konflik yang masih berlangsung menyebabkan 2.500 jamaah haji Gaza, termasuk misi pendampingnya, tak bisa berangkat haji,” ujar Al-Mudallal seperti dilansir oleh Anadolu pada Jumat (14/6).
Jamaah haji Gaza yang gagal berangkat ini mewakili 38 persen dari total 6.600 jamaah haji Palestina tahun ini. Al-Mudallal menjelaskan bahwa agresi Israel menghalangi upaya kementerian dalam mempersiapkan pelaksanaan haji.
Termasuk di antaranya adalah penandatanganan kontrak transportasi di Mesir dan Arab Saudi serta pengaturan akomodasi di Makkah dan Madinah.
“Kami terus berkomunikasi dengan otoritas Arab Saudi dan Mesir untuk menangani pelanggaran terang-terangan atas hak rakyat Palestina untuk berhaji ini, serta mencari cara supaya jamaah tetap dapat berangkat,” jelasnya.
Al-Mudallal juga memastikan bahwa jamaah haji Gaza yang tidak bisa berangkat tahun ini akan diprioritaskan untuk pemberangkatan tahun depan, terutama karena banyak dari mereka yang sudah menunggu bertahun-tahun.
“70 persen dari mereka adalah lansia atau mengalami sakit,” tambahnya.
Kerajaan Arab Saudi telah memberikan 500 kuota undangan haji khusus untuk keluarga korban meninggal dan korban cedera akibat agresi Israel di Jalur Gaza. Kuota ini diberikan kepada keluarga yang berada di luar Gaza.
Selain itu, pada 6 Juni lalu, Arab Saudi kembali mengundang 1.000 jamaah haji tambahan dari Gaza yang berada di luar Gaza akibat mengungsi dari perang atau menerima perawatan medis.
Karena terbatasnya kuota haji dan blokade Israel, Kementerian Wakaf Gaza harus menyelenggarakan undian pada Maret 2023 untuk memilih jamaah haji yang akan berangkat pada 2023 dan 2024. Lansia dan penderita sakit diutamakan dalam undian tersebut.
Al-Mudallal mengecam penutupan perbatasan Rafah sejak 7 Mei yang menyebabkan kegagalan keberangkatan jamaah haji dari Gaza.
Ia menegaskan bahwa penutupan ini merupakan “pelanggaran yang jelas terhadap kebebasan beragama dan hukum kemanusiaan internasional.”
Ia juga mendesak Mesir dan Arab Saudi untuk menekan pihak terkait, khususnya Israel, agar mengizinkan warga Palestina di Gaza berangkat haji tahun ini.
Agresi Israel yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 37.200 warga sipil, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 84.900 jiwa.
Menurut PBB, agresi ini telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terusir dari tempat tinggalnya, 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.
Kondisi ini memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza dan semakin menyulitkan warga Palestina untuk melaksanakan ibadah haji, yang merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting bagi mereka.