Tajukpolitik – Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kekhawatirannya bahwa rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di Rafah, Gaza selatan, bisa berhenti beroperasi jika Israel melancarkan serangan penuh.
“Jika serangan terus berlanjut, kami akan kehilangan rumah sakit terakhir di Rafah,” kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan Tepi Barat, saat menghadiri Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa pada Selasa (28/5).
Menurut laporan Al Jazeera, Peeperkorn menjelaskan bahwa dalam kasus serangan penuh, rencana darurat akan melibatkan perawatan pasien di serangkaian rumah sakit lapangan yang kurang memadai.
“Itu tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang signifikan,” ujarnya.
Komentar Peeperkorn muncul di tengah laporan bahwa tank-tank Israel telah maju ke pusat Rafah. Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah, bahwa tank-tank Israel sedang mendorong lebih jauh ke Rafah dari dua poros utama: sepanjang Koridor Philadelphi hingga ke pusat kota dan dari bagian timur kota Rafah hingga ke kawasan bundaran al-Awda.
Serangan Israel di Rafah yang telah berlangsung selama tiga minggu memicu kemarahan baru setelah serangan udara pada Minggu (26/5) yang menewaskan sedikitnya 45 orang di sebuah tenda kamp di distrik barat.
Israel mengklaim pihaknya menargetkan dua agen senior Hamas di sebuah kompleks dan tidak berniat menimbulkan korban sipil.
Pada Selasa, 21 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel di daerah dengan tenda-tenda pengungsi di al-Mawasi, sebelah barat Rafah, menurut pejabat medis Palestina.
Peeperkorn menjelaskan bahwa dari tiga rumah sakit di Rafah, hanya satu yang masih hampir berfungsi. Rumah Sakit Abu Youssed Al-Najar, yang sebelumnya melayani 700 pasien cuci darah, kini sudah tidak beroperasi lagi.
Penembakan artileri Israel di Rafah juga mencapai sekitar Rumah Sakit Spesialis Kuwait, yang layanannya telah dihentikan. Tiga rumah sakit lapangan di kota Rafah barat juga tidak dapat beroperasi.
Rafah adalah titik masuk utama bantuan kemanusiaan sebelum Israel meningkatkan serangan militernya di sisi Gaza yang berbatasan dengan Mesir awal bulan ini dan mengambil kendali penyeberangan dari sisi Palestina.