Tajukpolitik – Lagi-lagi calon anggota legislatif atau caleg Nasdem peraih suara tertinggi mengundurkan diri. Setelah sebelumnya dari Dapil NTT II, kali ini yang mundur adalah caleg dari Dapil Sulawesi Tenggara.
Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Hermawi Taslim, beberapa waktu yang lalu.
Hermawi memberikan pernyataan terkait pengunduran diri caleg Nasdem yang meraih suara terbanyak di Sulawesi Tenggara (Sultra), Tina Nur Alam.
Tina mundur setelah menjadi pihak terkait dalam gugatan yang diajukan oleh rekannya sesama kader Nasdem, Ali Mazi, mantan Gubernur Sultra.
Tina menyatakan mundur sebagai caleg dan pihak terkait dalam sidang perkara perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Itu pembicaraan di antara mereka, kita tidak ikut-ikut. Tanya saja ke mereka masing-masing,” ujar Hermawi.
Hermawi menjelaskan bahwa Tina dan Ali Mazi adalah kader Nasdem. Oleh karena itu, jika sudah ada kesepakatan antara keduanya, hasilnya disampaikan kepada Nasdem pusat. Namun, Hermawi tidak merinci lebih lanjut tentang kesepakatan tersebut.
“Mereka kan sesama caleg, sama-sama kader Nasdem. Biasanya setelah ada hasilnya disampaikan ke partai,” jelasnya.
Kasus serupa juga pernah terjadi di internal Partai Nasdem sebelumnya. Caleg terpilih Nasdem dari daerah pemilihan (dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT) II, Ratu Ngadu Bonu Wulla, mengundurkan diri setelah suaranya mengalahkan mantan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat.
Dengan mundurnya Ratu Wulla, Viktor Laiskodat memiliki peluang besar untuk melenggang ke Senayan sebagai caleg terpilih DPR RI dari Partai Nasdem. Viktor Laiskodat mendapatkan 65.359 suara, di bawah perolehan suara Ratu Wulla yang mencapai 76.331 suara.
Situasi ini menunjukkan dinamika internal partai politik yang seringkali dipengaruhi oleh kesepakatan antar kader. Keputusan mundurnya caleg peraih suara terbanyak ini membuka jalan bagi kandidat lain dalam partai yang sama untuk melanjutkan langkah ke DPR RI.
Partai Nasdem, melalui Hermawi Taslim, menekankan bahwa keputusan-keputusan tersebut adalah hasil dari pembicaraan internal antara para kader, yang kemudian dilaporkan ke pusat.
Pengunduran diri Tina Nur Alam dan Ratu Wulla menjadi contoh bagaimana dinamika politik internal dapat mempengaruhi hasil akhir pemilihan legislatif.
Partai Nasdem berkomitmen untuk menghormati setiap kesepakatan yang dibuat oleh kadernya selama proses tersebut berlangsung.