Tajukpolitik – Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, mengkritik pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, yang mengusulkan Presiden Jokowi sebagai ketua Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Saiful, usulan yang disampaikan oleh Grace Natalie merupakan usulan yang kurang baik.
Saiful menyebut banyak spekulasi terkait pernyataan Grace.
“Usulan itu jelas-jelas kurang baik, karena tidak mungkin di atas pimpinan Parpol ada kuasa lain,” kata Saiful di Jakarta, Kamis (14/3).
Saiful melihat latar belakang kenapa PSI mengusulkan Presiden Jokowi jadi pemimpin koalisi karena masih terlihat ada upaya dari PSI yang berharap Jokowi all out mendukung partai yang dipimpin Kaesang Pangarep itu lolos ke Senayan.
Sebab itu, lanjut Saiful, dukungan bagi Jokowi untuk menjadi ketua koalisi pada pemerintahan mendatang terus digelorakan.
“Apa yang dilakukan PSI merupakan strategi agar pada akhirnya lolos ke Senayan. Grace ingin Jokowi all out,” jelas Saiful.
Akademisi Universitas Sahid Jakarta itu juga menilai, pemikiran pengusul itu jelas tidak demokratis, karena Parpol memiliki wibawanya sendiri, tidak terkooptasi kepentingan atau bahkan kekuatan lain selain ideologi Parpol itu sendiri.
“Saya kira PSI belum mengerti postur demokrasi yang dibangun Indonesia pasca reformasi. Jika parpol-parpol yang baru lahir pasca reformasi berpikir demikian, sangat mungkin negeri ini kembali ke zaman pra reformasi, kendali ada pada Soeharto, waktu itu,” pungkas Saiful.
Untuk diketahui, sebelumnya ramai diberitakan dan sempat viral di media sosial jika Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, kepada wartawan mengusulkan agar Presiden Jokowi jadi ketua koalisi dan pemimpin koalisi.
Hal tersebut tentu saja menjadi pro kontra, terutama di internal Koalisi Indonesia Maju (KIM).