TajukPolitik – Peneliti Senior Media Survei Nasional (Median) Ade Irfan Abdurrahman mengungkapkan hoax atau berita bohong menjadi pemicu utama perpecahan politik di masyarakat. Hal tersebut berdasarkan hasil Survei yang dilakukan Median.
“46,3 persen dari masyarakat yang menyadari adanya perpecahan politik menilai hoaks atau berita bohong sebagai faktor utama terjadinya pembelahan pascapilpres 2019,” jelas Ade, Senin (1/8/2022).
Kemudian, 40,3 persen lainnya menilai adanya ketidak adilan dalam penegakan hukum.
“Faktor perpecahan lainnya ialah buzzer yang dianggap memperkeruh suasana. Hal tersebut disampaikan oleh 33,2 persen responden,” katanya.
Metodologi yang digunakan Median ialah nonprobability sampling melalui Google form yang disebarkan di media sosial Facebook.
Kuesioner disebarkan kepada pengguna aktif Facebook berusia 17 hingga lebih dari 60 tahun pada periode 21 sampai 27 Juli 2022.
Hasilnya, terkumpul 1.500 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Pada survei tersebut juga mengungkapkan, 43 persen masyarakat menyadari adanya pembelahan atau perpecahan politik setelah kontestasi yang mempertemukan pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Di sisi lain, 23,3 persen responden menilai tidak ada pembelahan politik, sementara 33,7 persen lainnya tidak tahu atau tidak menjawab.
“Dari situ bisa dilihat apa yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mengakhiri pembelahan,” tutupnya.