Tajukpolitik – Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menilai pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) hendak memastikan peran Demokrat dalam pemenangan paslon Prabowo-Gibran. Apalagi, Demokrat terbukti telah memenangkan Pilpres sebanyak 2 kali.
Di sisi lain, menurut Umam, AHY bersama Demokrat tampak tegas memenangkan Prabowo-Gibran lantaran sudah 2 periode berada di luar pemerintahan.
“Pertemuan Jokowi dan AHY ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran Demokrat dalam proses pemenangan Prabowo-Gibran. Jokowi tampaknya ingin memastikan infrastruktur pemenangan dan mesin politik Prabowo-Gibran benar-benar berjalan optimal, jelang 16 hari menuju pemilu pada 14 Februari 2024,” jelas Umam, Senin (29/1).
“Ketegasan AHY dan Demokrat untuk mendukung Prabowo-Gibran ini wajar dan cukup bisa dipahami, mengingat menang atau kalahnya Prabowo-Gibran di Pemilu 2024 ini akan menjadi ‘pertaruhan besar’ bagi Demokrat, yang selama 10 tahun ini telah memilih berpuasa dari kekuasaan,” tambah Umam.
Umam menyebut Demokrat memiliki peran cukup penting terhadap elektoral Prabowo-Gibran di sejumlah wilayah.
Menurut Umam, kans Prabowo-Gibran akan kian besar memenangkan pilpres satu putaran.
“Jika Demokrat bekerja optimal, paslon 02 Prabowo-Gibran akan mendapatkan insentif elektoral di basis-basis kekuatan Demokrat selama ini, terutama di wilayah Jawa Timur area Matraman atau Selatan, lalu Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan sejumlah titik di Sumatera secara umum, termasuk juga beberapa simpul kekuatan di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua,” jelas Umam.
Begitu pula dengan Demokrat, kata Umam, akan mendapat benefit politik dari suara Prabowo-Gibran. Menurutnya, masih banyak pemilih yang cenderung terbawa mendukung paslon tertentu yang relatif tercitrakan dekat dengan kekuasaan.
“Sebab, selain memiliki magnet politik sendiri sejak Pemilu 2004, Demokrat juga bisa memperoleh efek ekor jas atau coat-tail effect. Sebab, karakter swing voters dan DNA pemilih di Indonesia umumnya cenderung digerakkan oleh tren umum dan dinamika isu jelang Pilpres, di mana para pemilih cenderung terbawa ikut-ikutan mendukung paslon tertentu yang memiliki kemungkinan menang lebih besar dalam pilpres, serta paslon yang relatif tercitrakan lebih kuat serta dekat dengan kekuasaan atau the ruling power,” ungkap Umam.