Senin, 3 Februari, 2025

Kritik Ganjar Terhadap Pelaksanaan Demokrasi Jadi Blunder Bagi PDIP

TajukPolitik – Kritik calon Presiden Ganjar Pranowo dalam pidatonya di KPU RI usai pengambilan nomor urut, Selasa (14/11), dianggap menyerang pelaksanaan demokrasi Indonesia.

Analis politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga berpendapat kritik Ganjar itu memang menjadi keprihatinan sebagian anak bangsa. Sebagian tokoh nasional menyuarakan hal itu, khususnya setelah MK memutuskan batas umur bagi capres dan cawapres.

Namun menurutnya, jika Ganjar terus menerus menyerang dengan isu demokrasi, akan berakibat fatal bagi elektabilitasnya di 2024.

“Kalau Ganjar terus menyerang masalah demokrasi di tanah air, bisa jadi akan menjadi bumerang bagi partainya (PDIP). Sebab, kemunduran demokrasi di tanah air bisa diartikan sebagai kegagalan PDIP juga,” kata Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/11).

Mantan Dekan Fisip IISIP ini mengatakan tafsir itu berpeluang terjadi karena PDIP menjadi pengusung utama Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden.

“Bahkan PDIP kerap dipersepsi sebagai ketua pengusung koalisi pemerintah,” ungkapnya.

“Jadi, bila demokrasi di Indonesia belum baik-baik saja, tentulah PDIP tidak bisa lepas tangan. Bahkan akan dinilai kontralogika bila Ganjar terus menyerang hal tersebut,” tutup dia.

Menurut Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, Ganjar mulai menyerang Jokowi dengan menyampaikan narasi situasi demokrasi belum baik-baik saja.

“Pidato Ganjar yang mulai menyerang dengan narasi demokrasi belum baik-baik saja dapat ditafsirkan Ganjar sedang serang Jokowi,” kata Muslim, Rabu (15/11).

Muslim meyakini, Ganjar yang merupakan capres dari PDI Perjuangan sedang berseteru keras dengan Jokowi yang sedang membangun politik dinasti dan nepotisme.

“Apakah itu dapat diartikan kecewa dengan Jokowi? Dan kritikan itu berarti ditujukan langsung ke Jokowi sedang bangun dinasti dan hancurkan demokrasi,” pungkasnya.

Saat pidato pengundian nomor urut di KPU RI, Ganjar menyindir soal drama politik yang terjadi belakangan ini.

“Kita menangkap, apa yang menjadi kegelisahan, suasana kebatinan, yang muncul di masyarakat adat, tokoh agama, ada guru-guru bangsa, ada seniman, ada budayawan, ada teman-teman jurnalis, ada para pemred, para aktivis, mahasiswa dan semuanya sedang menyuarakan kegelisahan itu,” kata Ganjar.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini