Rabu, 5 Februari, 2025

Survei New Indonesia Elektabilitas Nasdem Makin Tenggelam Hanya 2,7 Persen

TajukPolitik –  Temuan survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan elektabilitas Gerindra terus menempel ketat PDIP.

PDIP tetap unggul dengan elektabilitas mencapai 17,8 persen, tetapi selisih elektabilitasnya makin mengecil terhadap Gerindra. Partai runner-up tersebut kini membukukan elektabilitas sebesar 17,4 persen.

Hal ini sejalan dengan persaingan antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam bursa capres memperkuat pula rivalitas partai pengusungnya.

Sementara itu partai-partai pengusung Anies Baswedan yang tergabung dalam Koalisi Perubahan cenderung masih stagnan. PKB menjadi partai terbesar dengan elektabilitas 7,0 persen, disusul PKS 4,4 persen dan Nasdem hanya 2,7 persen.

“Persaingan antara PDIP dan Gerindra semakin ketat, sedangkan partai-partai dari poros perubahan masih stagnan,” ungkap Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, pada Selasa (26/9).

Menurut Andreas, Gerindra terus menikmati coattail effect dari tingginya elektabilitas Prabowo. “Terus melejitnya Prabowo dalam bursa capres mendorong pergerakan elektabilitas Gerindra hingga menempel ketat PDIP,” tandas Andreas.

Sedangkan Ganjar yang baru mulai pulih setelah sempat anjlok pasca-heboh Piala Dunia U20 belum cukup kuat mengungkit elektabilitas PDIP kembali ke posisi tertinggi yang diraih pada bulan Maret 2023, yakni sebesar 19,1 persen.

“Sementara Prabowo telah memimpin dalam bursa capres, kini Gerindra pun tengah mengintip kemenangan serupa,” jelas Andreas. Jika tren tersebut terus berlanjut, bukan tidak mungkin Gerindra akan menyalip PDIP dan keluar sebagai partai pemenang Pemilu 2024.

Padahal PDIP bertekad untuk mengulang kembali kemenangan yang pernah diraih dua kali berturut-turut. “Melambungnya kekuatan Prabowo yang berbuah pada lonjakan elektabilitas Gerindra mengancam upaya PDIP untuk mencetak hattrick,” tegas Andreas.

Waktu kurang dari sebulan lagi menuju pendaftaran pasangan capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Baik kubu Prabowo maupun Ganjar masih belum memutuskan siapa cawapres yang bakal mendampingi sang capres,” lanjut Andreas.

Bahkan mencuat wacana untuk menggabungkan keduanya dalam satu koalisi besar. “Berlarut-larutnya pembahasan nama cawapres melahirkan spekulasi bahwa PDIP dan Gerindra kemungkinan berkoalisi, memasangkan Prabowo dan Ganjar,” terang Andreas.

Jika koalisi besar terwujud, maka sebagian besar partai akan bergabung, menjadikannya sebagai koalisi yang sangat gemuk. Selain PDIP dan Gerindra, di dalamnya ada Golkar (8,4 persen), Demokrat (6,7 persen), PSI (6,0 persen), PAN (2,4 persen) dan PPP (2,2 persen).

Selain itu ada partai-partai papan bawah seperti Perindo (1,6 persen), Gelora (1,3 persen), PBB (0,7 persen), Hanura (0,4 persen), dan Garuda (0,0 persen). “Tersisa PKN dan Buruh, masing-masing 0 persen, yang belum menyatakan sikap atau arah yang jelas,” ujar Andreas.

Sisanya berkumpul di kubu Koalisi Perubahan, yaitu PKB, PKS, dan Nasdem, dengan tambahan partai baru Ummat (0,4 persen).

“Demokrat sebagai partai oposisi terbesar kini telah bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo,” kata Andreas.

“Stagnasi yang dialami koalisi partai-partai pengusung Anies berkorelasi dengan elektabilitas capres yang tren-nya menurun sejak awal tahun, baru dalam tiga bulan terakhir mulai melandai,” Andreas menjelaskan.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini