Jumat, 22 November, 2024

PK Moeldoko Salah Asuhan, Bukan Salah Bunda Mengandung

Kurang apa Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, Presiden Republik Indonesia (22 Oktober 2004 – Oktober 2014), pada anak emasnya Moeldoko.

Jabatan jenderal bintang empat diberikannya sehingga jadilah Jenderal TNI Moeldoko menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD waktu itu. Tidak berselang lama kemudian diberikan pula kepada Moeldoko jabatan Panglima TNI, pemegang kendali operasi pada semua kematraan di TNI yaitu Darat, Laut dan Udara.

Masih terbayang didepan mata bagaimana takzimnya Moeldoko membungkuk setengah menyembah SBY ketika bertemu dan menyalaminya. Itu semua terjadi Ketika SBY masih menjadi Presiden RI.

Lalu apa yang terjadi kemudian? Waktu berlalu, SBY lengser dari jabatan presiden RI. Sekarang Moeldoko ganti majikan. Tidak ada persahabatan yang abadi, yang ada kepentingan dan bakal lawan demi ambisi dan komisi, mungkin begitu yang ada dalam benak Moeldoko. Kepada majikannya yang baru Moeldoko membungkuk takzim atau bila perlu menyembahnya. Majikannya kini adalah Jokowi, kepada dialah sembahnya ditujukan.

Bahwa Moeldoko dibesarkan oleh SBY, dia tidak perduli. Misi harus dilaksanakan. Misi? Ya misi! Mengapa tidak? Bila Moeldoko ingin menegakan keadilan di tubuh Partai Demokrat atau memperbaiki ada yang kurang pada partai yang kini dipimpin oleh AHY anak SBY, maka Moeldoko bisa baik-baik menghadap SBY menyampaikan saran sarannya pada orang yang mengasuhnya membesarkannya hingga pungkas di jabatan tertinggi di TNI.

Moeldoko memang menjalankan misi, gembosi Partai Demokrat, jangan sampai jadi oposisi apalagi mencalonkan presiden lawan politik majikannya saat ini yaitu Anies Rasyid Baswedan.

Moeldoko tidak main main, benar-benar totalitas, jatuh bangun lagi, jatuh lagi, bangun lagi. 16 belas kali sudah Moeldoko berusaha menggembosi merebut Demokrat dari tangan AHY dan SBY selalu gagal. Kini Moeldoko mengajukan upaya hukum lagi upaya yang ke 17 berupa PK untuk menggembosi merebut partai Demokrat.

SBY salah berhitung, atau pandainya serigala berbaju domba sehingga SBY terkecoh menganak emaskan Moeldoko. Sesungguhnya Moeldoko adalah anak salah asuhan, anak yang tidak kenal balas budi. Padahal pendahulunya mengajarkan “mikul duwur mendem jero” atau dia sudah melupakan atau tidak tahu 11 azas kepemimpinan TNI.

Melihat sepak terjang Moeldoko tidak salah bila dikatakan Moeldoko anak salah asuhan. Moeldoko hanya mengabdi kepada kepentingannya yaitu ambisi dan komisi. Kelak Jokowi juga akan lengser, apa yang telah diberikan Jokowi kepada Moeldoko? Anak salah asuhan menjawab tidak perduli, akan diterjang pula demi ambisi dan komisi.

Oleh: Setya Budi, Komunitas Penegak Keadilan (KOMPAK)

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini