Tajukpolitik – Pedagang kue di Indramayu, Jawa Barat, menjerit imbas kenaikan harga telur ayam yang melejit di pasaran. Pasalnya, telur ayam merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kue mereka.
Salah seorang pengusaha kue, Tiah, menyebut kenaikan tersebut membuat usaha yang ia rintis mengalami penurunan omset penjualan
“Naiknya harga telur ya jelas berat buat kita,” ungkap Tiah, Kamis (25/5).
Tiah mengatakan, usahanya baru saja kembali bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19. Namun, kini dihantam kenaikan harga bahan baku yang tinggi.
“Untuk bangkit pascapandemi Covid-19, kita napasnya masih naik turun. Baru saja rimbit-rimbit (perlahan) naik, eh sekarang menghadapi naiknya harga telur,” ucap Tiah lirih.
Tiah mengatakan jika harga telur ayam saat ini mencapai Rp 33 ribu per kilogram. Meski tidak menyebutkan jumlah kebutuhan telur per harinya, dia memastikan membutuhkan telur dalam jumlah banyak.
Tiah menjelaskan telur merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan bolu dan kue. Karena itu, meski harganya mahal, penggunaan telur tidak bisa dikurangi karena akan berdampak pada tekstur dan rasa bolu dan kue yang dibuatnya.
“Walau harga telur naik, produksi tetap, penggunaan bahan-bahan juga tetap,” kata Tiah sedih.
Tiah menyebut imbas yang dirasakannya akibat kenaikan harga telur adalah berkurangnya keuntungan yang diperolehnya.
“Imbasnya ya ke rezeki kita, untungnya berkurang,” kata Tiah.
Seperti diketahui, harga telur ayam mengalami kenaikan sejak hampir dua pekan terakhir. Naiknya harga telur dipicu akibat mahalnya harga pakan ternak.
Di Pasar Baru Indramayu, Rabu (24/5) di tingkat agen mencapai Rp 31 ribu per kilogram. Sedangkan di tingkat kios pengecer, harga telur ayam dipatok Rp 33 ribu per kilogram.
Pemilik agen telur ayam di Pasar Baru, Titin, mengatakan, naiknya harga telur dipicu akibat mahalnya harga pakan ternak.
“Saya juga berharap harga telur segera turun. Kalau harganya mahal, modal yang harus saya keluarkan juga kan besar,” harap Titin.