Tajukpolitik – Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menyebut cawapres penentu kemenangan di Pilpres 2024.
Bukan tanpa alasan Pangi menyampaikan hal demikian. Sebab, berdasarkan hasil survei beberapa lembaga, hanya ada tiga nama capres yang kuat dan kompetitif dengan selisih elektabilitas yang tipis. Ketiga capres itu adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
“Elektabilitas ketiga tokoh ini diberbagai Lembaga survei bersaing sangat ketat dan saling salip menyalip sehingga membuat posisi cawapres menjadi kunci pemenangan pemilu mendatang,” jelas Pangi, Kamis (11/5).
Ia menuturkan tidak ada capres yang leading sendiri jauh di atas angka psikologis 30%. Semua capres masih relatifly dalam rentang range margin of error. Mengacu pada hasil itu, cawapres jadi menjadi kunci kemenangan.
“Memastikan posisi cawapres mampu mengenjot elektabilitas capresnya. Dengan kata lain, cawapres berfungsi sebagai doping politik, salah mengandeng cawapres bisa menjadi blunder yang mematikan langkah politik capres,” ungkapnya.
Maka tak heran, lanjut Pangi, parpol koalisi sengaja menyimpan nama cawapres. Sejauh ini parpol koalisi tidak akan mau terburu buru mengumumkan cawapresnya. Karena menurut Pangi, cawapres penentu kemenangan.
“Kenapa pening parpol koalisi meracik cawapres ideal potensial pendamping capres, sebab kalau salah maka bisa bunuh diri politik,” tegas Pangi.
Pangi pun menjelaskan setidaknya terdapat tiga kriteria penting dalam penentuan cawapres. Pertama, modal elektabilitas (racikan elektoral). Kedua; dukungan partai politik. Ketiga, ketersedian modal logistik kampanye, sebab biaya pilpres yang tinggi.
Ia mengatakan cawapres mendapat dukungan partai politik. Dalam pemilihan presiden, partai politik memiliki peran penting dalam memperoleh suara dan mendapatkan dukungan dari anggota partai.
Oleh karena itu, tambah Pangi, memilih cawapres yang berasal dari partai politik yang memiliki basis dukungan yang kuat dapat membantu pasangan calon presiden memperoleh suara dari basis partai tersebut.
Ia berujar cawapres yang memiliki pengaruh politik yang kuat dan berasal dari daerah yang memiliki potensi elektoral besar dapat memberikan keuntungan bagi pasangan calon presiden.
Hal ini, sambung Pangi, karena calon wakil presiden yang berasal dari daerah memiliki kecenderungan untuk mendapatkan dukungan dan memperluas dari basis pemilih di wilayah tersebut. Kemudian, cawapres harus merupakan representasi kebutuhan pemilih Gen Z dan Milenial, sebab bagaimana pun generasi milenial cukup besar dan potensial pemilihnya, bahkan mendekati angka 60%.
Pemilih ini masuk pada kategorisasi pemilih rational dan psikologis, memperhatikan rekam jejak kandidat, kompetensi, kapasitas, integritas dan jam terbang serta pengalaman dari capres-cawapresnya.
“Jadi harus hati-hati juga dengan perilaku memilih (voting behavior) kelompok cluster ini. Gen z dan milienial termasuk pemilih yang kritis yang naik kelas menjadi pemilih rational dan psikologis, sehingga penting juga cawapres mempertimbangkan track record,” pungkas Pangi.