TajukPolitik – Ekonom senior Rizal Ramli pertumbuhan ekonomi RI yang terjebak di angka 5 persen karena pembangunan menggunakan strategi utang sehingga sulit untuk tumbuh tinggi.
Menko Perekonomian RI tahun 2000-2002 itu menyatakan perlunya strategi penguatan bidang pangan, energi dan teknologi sebagai kunci. Hal ini dilakukan demi menjadi negara dengan ekonomi yang kuat.
“Janjinya pemerintah Jokowi kan ekonomi tumbuh 7 persen. Kenapa ga kesampaian? Memang ada faktor-faktor covid tapi ada hal-hal yang lebih fundamental lagi,” ujar Rizal dalam talk show bertajuk “Your Money Your Vote”.
Talk show mengulas kinerja Pemerintahan Presiden Jokowi selama hampir sepuluh tahun terakhir dan apa saja yang akan menjadi PR Capres 2024 berikutnya ditayangkan dalam kanal Youtube CNBC Indonesia.
“Kenapa ekonomi Indonesia tidak bisa tumbuh ke atas 5 persen karena kita ikut model strategi pembangunan tergantung kepada utang,” sambungnya.
Pria yang disapa RR tersebut memberi contoh negara yang mengejar ketinggalan dari barat seperti Jepang, China, Korea tidak menggantungkan berlandaskan utang.
Jepang, China, Korea, kata RR berlandaskan pada strategi dan kebijakan. Misalnya Jepang terkenal bagaimana strategi industrialisasinya, eksport. Begitu pula dengan Korea.
Tak hanya itu Rizal Ramli menilai kita sudah terbius dengan utang, tergantung dengan utang, pejabatnya sama sekali tidak kreatif merumuskan policy dan kebijakan.
Menurut Rizal Ramli, paling gampang misalnya kalau beras itu bisa dapat 20 dollar/ton.
“Kalau import 1 juta ya tinggal dikalikan saja. Import bawang putih saja 17 triliun dibagi dengan pejabat 1 triliun, pengusaha pemegang quota 16 triliun, masih pesta,” paparnya.
Ia juga menyebutkan kalau pidato Jokowi harusnya diperintahkan untuk Trisakti. Misalnya soal pangan yaitu kemandirian bidang pangan.
“Yang ada import-import melulu. Kenapa? Dia setiap kali mengangkat pejabat, dipilih pejabat orang yang mau cari uang dari kewenangan jual atau kasih quota import,” jelas Rizal Ramli.
Selama hal ini tidak dibersihkan menurut RR maka kita akan terus bermasalah. Sebab, Rizal Ramli menilai negara besar seperti Indonesia itu harus bisa memiliki kedaulatan dalam bidang pangan, energi juga teknologi.
“Jika tidak maka akan mudah dilumpuhkan oleh negara lain,” ujar ekonom senior tersebut.
Ia juga bingung, semua capres diminta untuk melanjutkan program Jokowi yang menurutnya terlalu banyak utang dan yang miskin serta pengangguran semakin banyak.
“Mau diteruskan, dipaksakan kepada capres yang baru. Capres yang baru mestinya lebih kreatif,” katanya.
“Contoh soal food estate, menghabiskan puluhan triliun hasilnya nol. Apa memang itu satu-satunya cara untuk meningkatkan produksi pangan? Ya kaga lah,” tegas Rizal Ramli.
Ia kemudian mengungkapkan jalan keluar dengan prinsip sederhana yakni membuat petani mendapatkan keuntungan. Sebab setelah mendapatkan keuntungan maka petani yang akan menaikkan produk.
Cara berikutnya menurut Rizal Ramli adalah menaikkan insentif buat petani agar mendapat untung lebih besar.
“Ratio harga gabah ketutup, yang tadinya 1,5 yang 1-nya untuk pupuk yang setengahnya untuk petani. Kita naikkan menjadi 1,75 , yang 1-nya untuk pupuk, yang 0,75 untuk petani. Petani semangat, dapat untung, petani menaikkan sendiri produksi, selama dua tahun Indonesia tidak perlu import beras,” ungkapnya.
Jika mau lebih jauh meningkat, menurut Rizal Ramli agar naikkan ratio gabah pupuk dua kali lipat.
“Pasti pengusaha-pengusaha mau pada ikutan, mereka bikin sawah sendiri, menaikkan produksi sendiri. Karena mana ada sektor yang untungnya 100% per tahun meski untung kotor,” katanya lagi.
“Inilah contoh bedanya membangun dengan strategi dan kebijakan dibandingan dengan membangun berdasarkan utang,” lanjutnya.
Jika ingin mengubah Indonesia lebih maju tumbuh di atas 12 persen seperti halnya China, Jepang yang mengandalkan stategi dan policy tentu kata Rizal Ramli syaratnya korupsi dan KKN harus dihapus.