TajukPolitik – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dikenal sebagai partai yang getol menyerang Anies Baswedan dengan berbagai tuduhan dan komentar pedasnya kepada capres usungan koalisi perubahan tersebut.
Salah satunya seperti yang disampaikan Ketum PSI, Giring Ganesha, beberapa waktu lalu yang ditujukan kepada Anies Baswedan.
Di hadapan Presiden Jokowi, Giring mengatakan bahwa kemajuan Indonesia terancam oleh bahaya yang disebut intoleransi, di mana hal tersebut kerap disematkan kepada sosok Anies.
PSI pun menolak tegas jika kelak pengganti Presiden Jokowi merupakan sosok yang punya rekam jejak isu SARA dan politik identitas.
“PSI ini menarik garis tegas tidak berkompromi dengan orang yang menghalalkan segala cara, termasuk dengan memperalat agama, main mata dan bergandengan tangan dengan kelompok intoleran, menggunakan ayat untuk menjatuhkan lawan politik,” kata Giring dalam video yang dibagikan di YouTube Refly Harun, disimak tajuknasional.com Kamis, (27/4).
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menilai orasi Giring yang berapi-api itu mengandung paradoks dan kontradiksi. Bahkan, Refly Harun pun mempertanyakan identitas PSI sebagai parpol rakyat atau justru parpol milik Jokowi. Pasalnya, tegas Refly Harun, PSI bahkan lebih PDIP dari PDIP dalam menyuarakan kritiknya terhadap Anies.
“Sebenarnya PSI ini partainya Pak Jokowi atau partai siapa ya karena jelas-jelas Pak Jokowi itu adalah kader PDIP tapi kok tiba-tiba PSI lebih PDIP dari PDIP?” tanyanya.
Refly melanjutnya, tuduhan demi tuduhan yang dilontarkan kepada Anies dalam pidato Giring tersebut tidak akan membuat PSI dalam bahaya. Pasalnya, Anies bukanlah tipe orang yang akan melaporkan pihak pengkritik dirinya.
“Pidato Giring mengenai orang yang dituding-tuding, dituduh-tuduh intoleran dan fortunately paling enak menghina Anies Baswedan karena tidak akan dilaporkan dan pendukungnya juga tidak baperan,” lantangnya.
Seperti diketahui Anies kerap menjadi sasaran fitnahan, hoak, bahkan cacian oleh buzzerp ataupun pendukung Jokowi. Namun tidak ada satupun para penghina yang dilaporkan oleh Anies maupun pendukungnya.
Sedangkan oposisi yang melakukan kritik terlalu keras dianggap menghina dan dilaporkan oleh pendukung pemerintah. Bahkan mantan Menpora Roy Suryo harus mendekam dipenjara karena mengunggah meme yang dianggap menghina Jokowi. Begitupun Gus Nur dan Bambang Tri yang dianggap memfitnah ijasah palsu Jokowi harus merasakan dinginnya lantai penjara.