TajukPolitik – Partai Demokrat kembali diganggu oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung terkait kasus kudeta terhadap kursi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai ketua umum.
AHY pun menyatakan siap menghadapi PK tersebut dan tidak akan gentar menghadapi kudeta Moeldoko. Hal ini kemudian membuat para pengamat politik pun angkat bicara. Salah satunya adalah Efriza, Pengamat Politik Citra Insttute.
Dia mengatakan, jika meurujuk kepada hukum, selama ada fakta baru kubu Moeldoko dan kawan-kawan dapat mengajukan peninjauan kembali di Mahkamah Agung.
“Secara hukum Partai Demokrat, AHY juga perlu meladeninya dan berhati-hati agar tidak kalah untuk yang sekarang. Sebab, saat ini lembaga yudikatif tengah didera penurunan kepercayaan publik karena keputusan yang dikeluarkan nyeleneh dari yang semestinya,’ kata Efriza , Selasa (4/4/2023).
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo mengatakan, keputusan nyeleneh seperti yang dikeluarkan PN Jakarta Pusat mauupun Mahkamah Konstitusi. Efriza menyebutkan bahwa, disinyalir yang perlu diawasi adalah ikut campur atau intervensinya negara atau pemerintah.
“Meski baru dugaan sementara, tetapi perlu diawasi. Hanya secara moral apa yang dilakukan oleh Moeldoko adalah tindakan tidak terpuji, apalagi Moeldoko sudah berulang-ulang kali mengalami kekalahan sebanyak di atas sepuluh kali,” jelasnya.
Efriza menambahkan, usaha Moeldoko mengajukan PK adalah tindakan merapuhkan soliditas partai demokrat dan menurunkan elektabilitas partai demokrat. Tindakan ini khususnya dimaksudkan agar AHY tidak lagi dilirik sebagai cawapres ideal untuk Anies Baswedan.
“Moeldoko hanya merecoki Partai Demokrat, tindakannya sekadar menanamkan ingatan kepada publik bahwa partai ini memiliki konflik internal yang megedendap bak bara dalam sekam. Apa yang dilakukan oleh Moeldoko diyakini meski berkali-kali kalah, tetap akan dilakukan dengan beragam cara yang intinya akan memperoleh perhatian publik, merecoki kesolidan partai demokrat, ini siasat atau strategi politik yang dilakukan oleh Moeldoko,” kata Efriza.
Dia menambahkan, Moeldoko hanya “petugas” saja, ada yang berdiri dibelakang Moeldoko dengan memberikan dukungan, dan harapannya sederhana demokrat tetap sebagai partai gurem, tidak ada kekuatannya.
“Sebab fenomena partai demokrat yang sepuluh tahun tidak memerintah lalu akan dapat meraih kursi pemerintahan kembali telah terlihat dari kasus satu dekade PDIP sebagai oposisi kala itu terlempar dari pemerintahan, lalu terpilih kembali sebagai bagian pemerintahan. Itu tujuan sederhana tapi utamanya dari peran Moeldoko merebut partai demokrat,” tutur Efriza