TajukPolitik – Ketua Presidium Majelis Permusyawaratan Pribumi Indonesia, MS Kaban membandingkan harga sawit di Indonesia dan Malaysia.
Ia menyindir Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan rezimnya yang tega membuat harga sawit menjadi sangat murah dibandingkan Malaysia.
“Pres Jokowi dengan rezimnya raja tega membuat harga sawit rakyat TBS 500sd 1000. Padahal harga CPO Rotterdam Rp22000,” kata MS Kaban melalui akun Twitter @MSKaban3, sebagaimana dikutip pada Kamis, 7 Juli 2022.
“Sungguh sangat sial jika rakyat nekat jual TBS ke Malaysia dgn harga Rp 4000.NIK/Peduli Lindung bukan solusi harga. Jika rezim ini pro TBS rakyat mbok tinjau pajak CPO,” sambungnya.
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan petani Indonesia menjual Tandan Buah Segar (TBS) sawit ke Malaysia viral di media sosial.
Dilansir dari Suara, harga TBS di Malaysia yang lebih mahal membuat para petani di tanah air enggan menjual hasil panen mereka di negeri sendiri.
Pasalnya, berbanding terbalik dengan dengan Malaysia, harga TBS sawit di Indonesia justru sangat anjlok.
Dalam video viral tersebut, nampak barisan beberapa truk kuning mengangkut sawit ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Laki-laki yang terlihat di video menyebutkan sawit-sawit itu akan diangkut ke Malaysia akibat harga jual produk serupa di Indonesia tengah anjlok.
Adapun Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) merilis harga TBS sebagai pembanding antara Malaysia dan Indonesia.
Disebutkan harga TBS sawit di Malaysia berada pada kisaran Rp3.500 – Rp4.500 per kg.
Sementara, di Indonesia, harganya lebih murah. Di wilayah Kalimantan saja, harga sawit hanya menyentuh Rp1.200 – Rp1.600 per kg.
Dengan perbandingan harga yang empat kali lebih mahal, tak heran petani lebih memilih menjual TBS sawit ke Malaysia.
Apkasindo mengakui praktik-praktik semacam ini memang melanggar regulasi meski banyak dilakukan.
Penjualan TBS sawit ke luar negeri juga bisa merugikan industri berbahan sawit dalam negeri, seperti industri minyak goreng dan industri kosmetik.
Untuk itu, Apkasindo meminta pemerintah untuk melakukan penyelidikan terkait penyebab jatuhnya harga sawit di tanah air.
Ketua Umum Apkasindo Perjuangan, Alvian Arahman mengatakan pemerintah saat ini juga perlu mengevaluasi kembali pajak ekspor crude palm oil (CPO) dan pajak bea keluar yang dinilainya sangat tinggi yaitu sampai 600 dolar AS per ton.
“Artinya contoh kalau harga CPO 1.100 dolar AS per ton, maka pungutan sekitar 600 dolar AS, artinya ini sekitar 50 persen untuk pungutan saja,” katanya.
Terpisah, Kepala Bidang Organisasi dan Anggota Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Sabarudin berharap Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan bisa mempermudah ekspor CPO.
Sabaruddin mengatakan bahwa saat ini banyak pabrik yang tutup dan tidak membeli TBS petani karena tangki penuh yang mengakibatkan harga TBS petani turun drastis.